pages

2011/07/21

Xinzheng: Museum Berwujud Kota Kecil (bagian 2)

Di kota mana pun di Cina, sepertinya keberadaan alun-alun merupakan suatu keharusan, tak terkecuali di kota ini. Sekitar 3 kilometer di sebelah barat SIAS terdapat sebuah alun-alun besar. Mungkin sekilas hanyalah sebuah arena terbuka biasa yang setiap sorenya dikunjungi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas. Tak berbeda dengan alun-alun lainnya. Namun siapa sangka, alun-alun ini berkaitan erat dengan sejarah peradaban bangsa Cina. Ya, bangsa Cina secara keseluruhan, tak peduli suku HanHuiZhuang, ataupun suku-suku lainnya di Cina. Disinilah peradaban bangsa Cina yang kita lihat saat ini berawal.



Alun-alun ini dikenal dengan nama Huang Di Gu Li (黄帝故里), yang berarti "Kampung Halaman Kaisar Kuning". Kaisar Kuning yang dimaksud adalah seorang yang bernama Gongsun Xuanyuan (公孙轩辕), seorang kaisar yang memerintah di daerah yang saat ini kita sebut dengan Cina pada masa 2696-2598 SM. Kaisar Kuning merupakan salah satu raja di masa Tiga Penguasa Lima Kaisar (三皇五帝 san huang wu di); masa yang diyakini sebagai masa paling kuno dalam sejarah peradaban Cina. Kaisar Kuning sendiri mendapatkan gelar Kuning dikarenakan pada masa ia berkuasa, unsur tanah dari lima unsur utama (五行 wu xing ~ kayu, api, tanah, besi, air dalam konsep Taoisme) merupakan yang paling dominan, dan unsur tanah lekat dengan warna kuning. Setiap tahunnya saat musim semi, kota Xinzheng menjadi tuan rumah dari acara penghormatan bagi sang Kaisar sebagai pendiri peradaban bangsa Cina. Dan tepat di alun-alun ini akan penuh sesak oleh lautan manusia dikarenakan acara tersebut akan dihadiri oleh para pejabat teras Republik Rakyat Cina, masyarakat Cina dari berbagai penjuru negeri, bahkan ada pula chinese overseas yang sengaja pulang kampung hanya untuk menghadiri acara ini. Lebih lagi, seluruh stasiun TV utama di Cina akan menyiarkan secara langsung acara ini. Melihat ini membuatku berpikir, betapa pentingnya peran sang Kaisar sebagai leluhur bagi bangsa Cina. Aku pun bertanya pada diriku sendiri, siapakah leluhur orang Indonesia? Aku pun tak pernah tahu siapa. Namun jika kita bertanya pada orang Cina, mereka dengan mantap akan menjawab: "Huang Di!"


Tahun 2011 ini, acara penghormatan tersebut jatuh pada tanggal 5 April, dan aku pun berkesempatan untuk datang ke sana, walaupun tak mengikuti acara penghormatan resminya dikarenakan acara tersebut hanya untuk undangan terbatas. Alhasil, setelah acara resmi selesai Huang Di Gu Li menjadi penuh sesak oleh manusia. Banyak orang yang ingin naik ke panggung utama, tempat dimana patung Kaisar berada untuk berdo'a memuja sang Kaisar. Di tengah-tengah arena acara berdirilah replika pohon berdaun lebat yang keseluruhannya berwarna kuning emas sebagai lambang sang Kaisar dalam membangun peradaban Cina. Sayangnya saat pergi ke acara ini salah seorang teman yang pergi bersamaku kecopetan, namun alhamdulillah sekitar seminggu setelahnya seorang ibu berbaik hati mengembalikannya pada teman ku. Ibu tersebut mengatakan bahwa ia menemukan dompet temanku di depan tokonya di hari acara penghormatan. Walau sejumlah uang tunai raib, namun surat-surat penting~terutama paspor~kembali dengan selamat. Alhamdulillah.



(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar