pages

2011/07/22

home sweet home

Ada yang hampir selalu terbayang di pikiranku saat ku termenung. Saat itu, sesaat batinku pun melayang dari kota Xinzheng ini melintasi langit Henan, terbang ke arah selatan melewati Yunan, terus ke Thailand; lalu berbelok sedikit ke arah tenggara mengarungi langit Laut Cina Selatan. Lanjut terus ke tenggara, sampailah di langit tanah air tercinta. Batinku pun segera menjangkau pulau berbentuk kerang di selatan. Pulau Bali. Pulau dimana orangtua dan adik-adikku tinggal. Ada tempat yang selalu kurindukan, ada tempat yang selalu ku nanti untuk kembali ke sana.

Rumah.

Memang tak ada yang lebih nyaman dari rumah sendiri; masakan Ibu setiap hari selalu tersedia, kulkas yang selalu penuh dengan camilan dan minuman dingin, pakaian yang selalu siap pakai sudah tersimpan dengan rapi di lemari dan yang terutama adalah senda gurau, tawa canda dengan anggota keluarga lain. Poin terakhir adalah hal yang paling tak tergantikan. Walaupun aku tinggal di tempat lain yang lebih wah, penuh fasilitas yang selama ini ku impikan dan menjamin aku bisa hidup enak; tak ada yang bisa menggantikan kebersamaan dengan keluarga di rumah. Sedari kecil memang telah beberapa kali ku tinggal jauh dari rumah, jauh dari keluarga. Namun jika ku termenung, rasa rindu selalu ada, tak peduli betapa seringnya ku tinggal jauh dari mereka.

Ku tarik batinku kembali ke Xinzheng. Ada tempat lain yang harus ku anggap sebagai rumah di sini. Kamar berukuran 4x7 yang juga digunakan oleh 2 orang lain selain diriku. Di sini lah tempat ku beristirahat melepas lelah; di sini pula lah tempat ku kembali setelah mengikuti pelajaran di kelas, setelah bermain di luar, ataupun sepulang dari travelling. Di sini tak ada kulkas berisi camilan dan minuman dingin. Untuk minum sehari-hari saja harus berbagi dengan teman sekamar, bahkan dengan tetangga kamar. Tak ada pula masakan ibu yang selalu tersedia di meja makan. Ingin makan harus ke luar kamar, menuju berbagai warung ataupun restoran. Harus beli. Kasur di tempat tidurku pun tak seempuk di rumah; dengan sprai, sarung bantal dan selimut putih polos. Tak seperti di rumah yang beraneka warna.

Meski begitu, kamar inilah rumah ku sekarang. Tawa canda dengan keluarga untuk sementara digantikan dengan keberadaan teman sekamar. Jika rindu dengan keluarga, internet di laptop selalu tersedia 24 jam dan bisa digunakan untuk webcam chat dengan mereka. Semua keterbatasan menjadi nikmat selama tempat ini adalah satu-satunya tempat bagiku untuk kembali. Inilah rumahku sekarang, my home sweet home.

Home sweet home memang bukan selalu tempat mewah dengan segala fasilitasnya. Bukan pula selalu tempat dengan kehangatan akan kebersamaan keluarga di dalamnya. Walau tempat itu hanyalah rumah bertiang bambu, ataupun hanya seorang diri sebatang kara yang tinggal di dalamnya; selama penghuninya menganggapnya sebagai tempat kembali, itulah home sweet home.


sumber gambar:

0 komentar:

Posting Komentar