pages

2011/07/31

2011/07/30

Kaifeng (bagian 2) - Millenium City Park

Setelah hampir dua jam perjalanan, kami akhirnya turun di sebuah tempat luas, lebih luas dari lapangan bola dengan sebuah gerbang di kejauhan. Sepertinya kami telah sampai di tempat tujuan kami, Qing Ming Shang He Yuan (清明上河园) yang juga berarti Millenium City Park. Pagi itu masih dingin, walau jam telah menunjukkan angka 7:46. Keramaian orang pun sudah tampak, terutama di sekitar gerbang. Banyak di antara mereka yang membawa bendera kecil, menandakan mereka adalah pemandu atau pemimpin rombongan. Kami pun turut membawa seorang flagman kami sendiri. Sang pemimpin rombongan kami yang-entah-siapa-namanya memberikan aba-aba pada kami dan meminta kami untuk berbaris. Setelah kami berbaris masing-masing dari kami diberikan sebuah tiket masuk dan sebuah student book, semacam kartu identitas pelajar, tapi berbentuk buku. Aku buka student book tadi, dan kulihat ini milik orang lain, tapi diberikan padaku. Lho?!! Ini buat apa?

Kaifeng (bagian 1) - Sebuah Kota Klasik

Kembali ke masa sekitar tiga minggu setelah kedatangan ku ke negeri tirai bambu ini. Waktu itu aku masih doyan-doyannya jalan-jalan dan setiap akhir pekan aku sempatkan untuk pergi ke luar kota, menjauh dari keterpelosokan kota Xinzheng. Memang saat itu dana masih melimpah, tak seperti sekarang yang setiap akhir pekan cuma bisa menghibur diri dengan nonton anime Gintama di laptop. Saat itu aku dan seorang temanku sesama Indonesian, Rizkya, diundang oleh teman-teman baru kami untuk ikut serta bersama mereka jalan-jalan ke kota Kaifeng di akhir pekan. Kaifeng, nama kota yang tak pernah ku dengar sebelumnya, namun sangat populer di kalangan teman-teman lokal sebagai tempat wisata klasik yang menyenangkan. Membuat penasaran, memang. Dan langsung saja, tak ada yang namanya pikir panjang kami langsung saja mengiyakan tawaran tersebut.  Kaifeng oh Kaifeng...

2011/07/27

An Encounter: the way back

Sejenak ku menatap ke arah jendela. Bayangan rumah-rumah berlarian menjauh ke belakang, menyusul kemudian deretan bangunan yang terlihat seperti pabrik; juga berlari menjauh ke belakang. Ku alihkan pandangan ku dari jendela. Bola mata ku perlahan menyisir kompartemen kecil ini. Raungan kipas angin berputar di atas kepalaku. Di depanku duduklah seorang tua yang tertidur lelap dengan buku kecil masih terbuka di tangannya. Di sebelah kanannya tergeletak sebuah koper dan tas kulit kecil. Ku menghela napas, bosan. Entah sudah berapa lama kereta ini membawa ku pergi. Ku terdiam sejenak. Ke mana pula aku akan pergi?

2011/07/22

home sweet home

Ada yang hampir selalu terbayang di pikiranku saat ku termenung. Saat itu, sesaat batinku pun melayang dari kota Xinzheng ini melintasi langit Henan, terbang ke arah selatan melewati Yunan, terus ke Thailand; lalu berbelok sedikit ke arah tenggara mengarungi langit Laut Cina Selatan. Lanjut terus ke tenggara, sampailah di langit tanah air tercinta. Batinku pun segera menjangkau pulau berbentuk kerang di selatan. Pulau Bali. Pulau dimana orangtua dan adik-adikku tinggal. Ada tempat yang selalu kurindukan, ada tempat yang selalu ku nanti untuk kembali ke sana.

Rumah.

2011/07/21

Xinzheng: Museum Berwujud Kota Kecil (bagian 3-habis)


Daya tarik Xinzheng ternyata tak hanya ada di dalam kotanya. Pergi ke terminal kota Xinzheng, cari bus nomor 4. Maka sederet bus yang memajang papan kecil bertuliskan "4" di kaca depan berbaris rapi di salah satu sudut terminal. Lihat papan rute bus tersebut, maka akan diketahui kemana bus tersebut akan pergi ke pemberhentian terakhirnya. "始祖山" (shi zu shan~Gunung Shi Zu). Gunung yang bisa terlihat dari kota Xinzheng di saat cuaca cerah.  Kaisar Kuning bukan hanya milik alun-alun Huang Di Gu Li; Shi Zu Shan pun menyimpan cerita tersendiri mengenai leluhur bangsa Cina ini.

Shi Zu Shan adalah tempat di mana sang Kaisar dilahirkan ribuan tahun yang lalu.

Xinzheng: Museum Berwujud Kota Kecil (bagian 2)

Di kota mana pun di Cina, sepertinya keberadaan alun-alun merupakan suatu keharusan, tak terkecuali di kota ini. Sekitar 3 kilometer di sebelah barat SIAS terdapat sebuah alun-alun besar. Mungkin sekilas hanyalah sebuah arena terbuka biasa yang setiap sorenya dikunjungi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas. Tak berbeda dengan alun-alun lainnya. Namun siapa sangka, alun-alun ini berkaitan erat dengan sejarah peradaban bangsa Cina. Ya, bangsa Cina secara keseluruhan, tak peduli suku HanHuiZhuang, ataupun suku-suku lainnya di Cina. Disinilah peradaban bangsa Cina yang kita lihat saat ini berawal.


Xinzheng: Museum Berwujud Kota Kecil (bagian 1)

Cina. Mendengar atau melihat kata itu, yang terbayang di pikiran mungkin Tembok Besar Cina, kota Beijing, Shanghai, Hongkong, kota judi Makau; atau mungkin terbersit Jackie Chan, Jet Li, Andy Lau, dan bintang-bintang laga top lainnya. Aku pun memiliki pikiran dan membayangkan hal serupa sebelumya. 6 bulan lalu tersiarlah pengumuman di kampus bahwa aku lolos seleksi untuk mendapatkan beasiswa belajar bahasa Mandarin selama 2 semester ke Cina. 3 bulan setelahnya aku pun berangkat bersama kedua temanku sesama penerima beasiswa. Sebelum sampai di kota tujuan kami, pesawat kami transit di kota Guangzhou. Aku sering mendengar kabar tentang kota ini. Nama kota ini sering disebut di koran ataupun media-media lainnya di tanah air. Setahuku Guangzhou juga termasuk salah satu kota besar dan modern di Cina. Saat menunggu di Baiyun Int'l Airport Guangzhou, aku berpikir, seperti apakah Xinzheng, kota tempatku nanti tinggal dan belajar? Dan 2 jam setelah take off dari Guangzhou, kami pun tiba di Zhengzhou Xinzheng Int'l Airport. Sekitar 30 menit perjalanan dengan mobil, sampailah kami di kota tujuan kami, kota Xinzheng.

Xinzheng? Di bagian Cina manakah kota ini?

2011/07/20

Sebuah Awal? ~Ibukota Negara, Atlas dan Pilot~

Manusia pastilah mempunyai cita-cita, entah sekecil apa pun bentuk cita-cita tersebut. Aku pun tak luput dari hal itu. Cita-citaku di masa kecil (mungkin bisa disebut dengan cita-cita pertama) adalah menjadi seorang pilot. Ya, pilot; pilot pesawat terbang. Biasa saja mungkin, karena menjadi pilot adalah cita-cita yang lazim diucapkan oleh anak-anak sepertiku. Namun bukan tanpa alasan aku bercita-cita seperti itu. Menjadi pilot pesawat terbang berarti memiliki kesempatan menerbangkan pesawatnya ke mana saja dengan pesawat yang dikemudikannya. Itukah alasannya? Semua anak yang bercita-cita menjadi pilot sepertinya memiliki alasan yang sama. Lalu adakah alasan khusus aku bercita-cita seperti itu?

2011/07/19

sekapur sirih

"Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis"

Sebuah kutipan dari ulama besar Islam, Imam al-Ghazali yang menyentak batinku saat aku iseng browsing di internet. Sebuah kalimat yang sederhana, namun dalam maknanya. Ku sadari, aku bukanlah anak seorang raja atau ulama, atau mungkin bukanlah seorang anak pejabat atau pengusaha; aku juga bukanlah anak dari keluarga yang berada. Lalu apa hubungannya dengan menjadi seorang penulis?