pages

2011/07/30

Kaifeng (bagian 2) - Millenium City Park

Setelah hampir dua jam perjalanan, kami akhirnya turun di sebuah tempat luas, lebih luas dari lapangan bola dengan sebuah gerbang di kejauhan. Sepertinya kami telah sampai di tempat tujuan kami, Qing Ming Shang He Yuan (清明上河园) yang juga berarti Millenium City Park. Pagi itu masih dingin, walau jam telah menunjukkan angka 7:46. Keramaian orang pun sudah tampak, terutama di sekitar gerbang. Banyak di antara mereka yang membawa bendera kecil, menandakan mereka adalah pemandu atau pemimpin rombongan. Kami pun turut membawa seorang flagman kami sendiri. Sang pemimpin rombongan kami yang-entah-siapa-namanya memberikan aba-aba pada kami dan meminta kami untuk berbaris. Setelah kami berbaris masing-masing dari kami diberikan sebuah tiket masuk dan sebuah student book, semacam kartu identitas pelajar, tapi berbentuk buku. Aku buka student book tadi, dan kulihat ini milik orang lain, tapi diberikan padaku. Lho?!! Ini buat apa?

Ternyata student book tadi digunakan sebagai bukti bahwa kita adalah pelajar. Karena di Cina pelajar memang 'istimewa', terutama di tempat-tempat wisata. Tiket masuk normal Qing Ming Shang He Yuan sendiri dibanderol 80 RMB (sekitar Rp105,000,-) dan di bulan Desember s/d Februari sebesar 60 RMB (sekitar Rp79,000,-). Sementara jika kita pelajar dan mampu menunjukkan student book kita, maka harganya dipangkas menjadi 40 RMB (sekitar Rp52,700,-)! Lumayan banget kan diskonnya! Bahagia sih dapat diskon, tapi yang jadi masalah saat itu adalah aku memang belum punya student book. Aku memegang tiket masuk untuk pelajar sementara student book yang ku pegang bukanlah milikku dan ber-foto orang lain. Kasarannya dapat diskon-an ilegal. Gimana nih? Deg-degan juga waktu itu, tapi seorang teman di samping ku menenangkan ku dengan berkata "It's alright, you're also a student".

Taman dibuka sekitar jam 8:15. Menjelang gerbang dibuka, dipertunjukkan sebuah atraksi prajurit berkuda dan beberapa orang penari. Sayangnya aku tak terlalu jelas melihat karena aku saat itu berada di tengah-tengan kerumunan orang, ditambah dengan postur tubuh yang tak mendukung (pendek maksudnya), maka aku hanya mampu melihat para penunggang kuda yang berkeliling dari kejauhan. Setelah atraksi selesai kerumunan orang yang banyak tadi segera berhamburan menuju pintu masuk, termasuk kami. Aku pun segera merapat ke teman-temanku agar tak terpisah. Jantungku berdegup kencang menjelang masuk ke pintu masuk taman. Penjaga pemeriksa tiket semuanya adalah gadis-gadis berumur sekitar 18-23 tahun, cantik khas Asia dibalut dengan pakaian tradisional yang mereka kenakan. Sungguh cantik jelita. Namun bukan karena mbak-mbak pemeriksa tiket itu aku deg-degan, melainkan karena student book dan tiket "ilegal" yang aku pegang di tangan. Saat aku menyerahkan tiket dan student book, mbak yang memeriksa tiketku menatap wajahku yang benar-benar ga-ada-wajah-Cina-nya-sama-sekali sebentar lalu setelah itu menyerahkan kembali student book dan tiketku. Aku pun segera berlalu dan setengah tak percaya membatin, "Wow, aku selamat!" Rizkya, seorang indonesian yang juga turut ikut serta juga selamat. Mungkin aja mbak-mbak nya pada paham walaupun kita mahasiswa asing disini, namun kita tetaplah pelajar yang berkantong tipis. Hehe, xiexie nimen!

Begitu masuk, aku melihat banyak orang yang berkerumun di sebuah rak berukuran sedang di dekat pintu masuk. Di rak tersebut ternyata tersedia peta taman gratis. Langsung saja aku menceburkan diri ke dalam kerumunan untuk mendapatkan peta gratis itu. Ternyata Qing Ming Shang He Yuan merupakan sebuah taman yang dibangun berdasarkan gambar dari lukisan karya pelukis terkenal di zaman Dinasti Song Utara, Zhang Zeduan (张择端). Kota Kaifeng juga merupakan ibukota Dinasti Song Utara pada saat dinasti tersebut berkuasa. Taman ini dibangun pada Juli 1992 dan dibuka resmi untuk umum pada Oktober 1998. Karena dibangun berdasarkan gambar dari lukisan kuno, maka tak heran suasana taman ini kental dengan suasana tradisonal Cina-nya.

Setelah itu, kami pun segera memulai tur. Kami melihat ada kereta kecil yang ditarik kuda, semacam andong; lalu kemudian berbagai toko-toko suvenir. Yang istimewa disini, seluruh staf yang bertugas di taman ini, termasuk para penjaga toko, penjual makanan, pelayan restoran, semuanya memakai pakaian tradisional. Benar-benar suasana tradisonal tercermin disini. Saat kami melewati jembatan yang membelah sungai, dipertunjukkan sebuah drama perang di tengah sungai. Sangat menarik; diwarnai dengan adu pedang di atas perahu, sedikit adegan kungfu, dan yang menarik lagi adalah saat pemeran-pemerannya tercebur ke sungai saat kalah beradu. Perjalanan pun dilanjutkan dan ada yang menarik lagi di sepanjang jalanan. Ada semacam petugas taman yang bertugas sebagai petani, penarik andong, prajurit-prajurit, petugas keamanan, bahkan pengemis. Lho?! Ya, para petugas tadi berperan sebagai orang-orang tersebut untuk menggambarkan suasana riil kota Kaifeng zaman dulu, terutama yang digambarkan oleh Zhang Zedian melalui lukisannya. Mereka berbaur dengan para pengunjung, dan tak keberatan untuk diajak berfoto bersama. Ada pula drama yang dipentaskan di tengah jalan mengisahkan tentang dua orang yang sedang diadili oleh seorang hakim, dan akhirnya kedua orang tersebut akhirnya menerima hukuman cambuk (tentunya hanya pura-pura). Sangat menarik.




Banyak tempat di dalam taman yang melayani pengunjung berfoto dengan balutan pakaian tradisional, entah pakaian putri kerajaan, pangeran, ataupun prajurit perang. Harga sewa pakaian tradisonalnya pun tak begitu mahal, hanya 10 RMB (sekitar Rp13,700,-). Aku pun tak membuang kesempatan untuk menjajal ini. Bersama temanku Rizkya, kami pun menyewanya. Rizkya menyewa pakaian putri kerajaan sementara aku menyewa pakaian prajurit (ukurannya kebesaran, lol). Di tempat kami menyewa juga menyediakan kuda dan unta (ini beneran dan hidup) sebagai sarana pelengkap berfoto kami. Jadilah kami berpose-ria dengan pakaian sewaan kami dan kuda putih kerajaan. Setelah puas berfoto, kami pun melanjutkan perjalanan. Banyak hal lain yang menarik. Diantaranya adalah ada seorang petugas polisi yang meminta para pengunjung mengangkat batu yang diberi pemberat, dan jika lulus ujian tersebut maka kita akan di kontrak menjadi anggota petugas keamanan kota. Kita diberikan kertas surat kontrak dan diminta membubuhkan tanda tangan kita (nama Cina) disana. Di lain tempat, ada kompleks perumahan penduduk tradisional, dengan penggiling tradisional di dalamnya dan bisa kita coba sendiri alatnya. Ada juga berbagai gedung, masih bergaya tradisional Cina, yang di dalamnya memajang berbagai pakaian-pakaian yang biasa digunakan sang raja, pangeran, putri, ataupun permaisuri-permaisuri sang raja. Di gedung istana dipentaskan tari-tarian tradisional dan pertunjukan boneka yang dimainkan di belakang layar bercahaya, semacam pertunjukan wayang. Berbagai atraksi menarik lain juga dipertontonkan di tempat lain di dalam taman. Ada pertunjukan sabung ayam, pertandingan polo (olahraga berkuda) dan di sisi lain sungai dipertontonkan adegan perang meriam antar-kapal di atas sungai menggunakan petasan, layaknya perang meriam sungguhan. Benar-benar mengesankan.






(bersambung)


sumber gambar:
  • koleksi pribadi

2 komentar:

Rizky mengatakan...

wah jadi pengen kesana juga nih

fuyufahri mengatakan...

semoga dikasih kesempatan ya, amin.. :)

Posting Komentar