pages

2011/08/01

Tarawih+Sahur Kali Pertama di Negeri Orang

Marhaban Yaa Ramadhan

Bulan suci yang selalu di nanti-nanti telah tiba kembali. Alhamdulillah tahun ini masih diberikan kesempatan untuk bersua lagi dengan bulan yang penuh berkah ini. Dan lagi-lagi Ramadhan tahun ini harus ku jalani tanpa keluarga tercinta. Walau rasa rindu pastinya ada, sepertinya aku sudah terbiasa dengannya. Bedanya saja kali ini, kesempatan Ramadhan tahun ini untuk pertama kalinya akan aku lalui di negeri orang.


Pada malam pertama Ramadhan kemarin alhamdulillah aku ikut serta shalat tarawih berjamaah di masjid. Masjid--atau yang disini disebut dengan qing zhen si (清真寺)--kota Xinzheng memang tak terlalu jauh dari kampus, sekitar 15 menit naik sepeda. Masjid tersebut bernama Xinzheng shi Dongguan Qingzhensi (新郑市东关清真寺). Di Xinzheng sendiri populasi muslim memang cukup banyak dan seperti halnya di daerah-daerah lain di Cina, pemeluk Islam lokal didominasi oleh etnis Hui. Pada siang hari sebelum tarawih aku memang sempat pergi ke masjid untuk menanyakan kapan sholat Tarawih biasa dilaksanakan di masjid tersebut. Di masjid aku bertemu dengan salah satu muadzin masjid dan ia memberitahuku agar datang jam 8 atau setengah 8 malam. Dalam bahasa Mandarin, Tarawih sendiri disebut dengan tai la wei (泰拉威).

Malamnya aku bersama dua teman sesama indonesian: Kya dan Icha, pergi bersama-sama ke masjid. Sampai di masjid suasananya sungguh meriah, banyak umbul-umbul dipasang dan lampu-lampu warna-warni berkelap-kelip. Kami pun memarkir sepeda dan segera masuk masjid, setelah berfoto sebentar di depan masjid. Hehe. Di dalam para jama'ah sudah berkumpul dalam diam, mungkin saja sedang berdzikir menunggu datangnya waktu Isya'. Beberapa saat setelah aku duduk sang a hong (阿訇 - panggilan kepada imam) berdiri dan menuju mimbar memulai ceramah. Sempat kaget sebentar, apa sudah selesai sholat Isya'? Ku lihat jam yang menunjukkan 8:35. Sebelum berangkat aku sudah mengecek dan yakin bila waktu Isya' masuk jam 9:02. Aku pun akhirnya tetap diam mendengarkan ceramah. Walau aku tak paham seluruhnya apa yang dikatakan a hong dalam ceramahnya, aku menangkap isinya tak jauh beda dengan isi ceramah saat malam tarawih pertama di tanah air. Kutipan Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 183 diucapkan di awal-awal ceramah. Lalu aku rasa beliau juga menyinggung yin du ni xi ya (印度尼西亚 - Indonesia) beberapa kali dalam ceramahnya (jika aku tak salah). Karena di saat beliau menyebutkan kata itu, beberapa orang jama'ah langsung menoleh ke arahku. A hong membawakan ceramahnya dengan bagus dan dengan penuh semangat. Walau tak paham banyak isinya, hal itu tak membuat ku bosan dan mengantuk saat mendengarkan ceramah beliau.

Benar saja, ceramah yang berlangsung hampir setengah jam itu kemudian dilanjutkan dengan shalat Isya'. Menariknya sang muadzin tak mengumandangkan adzan, langsung iqamah. Dan itu pun tanpa pengeras suara sehingga aku yakin hanya jama'ah di dalam masjid yang bisa dengar. Lalu setelah shalat Isya' selesai, a hong langsung bangkit kembali dan shalat tarawih pun langsung dimulai juga. Di sini kami shalat tarawih sebanyak dua puluh raka'at dengan formasi dua raka'at-sepuluh salam, dan shalat witr tiga raka'at dengan satu salam. Pelaksanaannya hampir sama dengan tarawih dua puluh raka'at yang pernah aku ikuti di tanah air. Di sini a hong juga membaca surah Al-Fatihah dan surah-surah pendek dengan tempo yang agak cepat saat tarawih, tak seperti saat memimpin shalat fardlu yang temponya lebih lambat. Saat melaksanakan witr ada yang menarik. Seperti yang aku katakan tadi, kami disini melaksanakan tiga raka'at witr. Yang unik adalah kami melaksanakannya seperti halnya melaksanakan shalat maghrib, dengan tasyahud awal dan tasyahud akhir. Tak seperti yang biasa aku temui di tanah air jika melaksanakan tiga raka'at witr biasanya dengan formasi dua raka'at lalu dilanjutkan satu raka'at dan dua salam. Atau bisa juga dengan formasi tiga raka'at-satu salam, tanpa tasyahud awal. Yang unik lagi adalah saat raka'at terakhir witr, sebelum melaksanakan gerakan ruku' kami bertakbir sekali kemudian a hong yang memimpin shalat terdiam sebentar, lalu kembali bertakbir dan kemudian ruku'. Aku sampai saat ini masih mencari-cari landasan pelaksanaan shalat witr dengan pola yang seperti ini, kemarin juga aku lupa menanyakannya pada a hong.

Setelah tarawih dan witr selesai a hong memimpin berdo'a bersama dan kemudian seluruh prosesi ibadah tarawih selesai sudah. Sayang sekali jama'ah tarawih malam pertama ini hanya sekitar dua shaf, lebih sedikit dari yang biasa aku temui saat mengikuti shalat Jum'at yang bisa mencapai lima-enam shaf. Para jama'ah langsung bangun dan berjalan keluar sambil saling mengucapkan salam sebelum berpisah. Aku pun langsung mendekati a hong dan beliau dengan ramah menyapaku dengan salam. Kami sempat berbincang sebentar menanyakan apakah aku sendiri datang ke sini. Aku pun menjawab aku bersama dua orang teman dan tak lama kemudian Kya dan Icha turut bergabung dalam perbincangan, bersama beberapa jama'ah lain. Beliau juga bertanya berapa raka'at shalat tarawih yang biasanya dilaksanakan di Indonesia, aku pun menjawab dengan bahasa Mandarin ku yang masih belepotan jika umumnya kami melaksanakan delapan raka'at tarawih dengan tiga raka'at witr dan ada pula yang juga melaksanakan sama seperti disini dengan dua puluh rak'aat tarawih dan tiga raka'at witr. Sebelum kami mohon diri, kami diberikan jadwal imsakiyah dan kami pun meminta foto bersama dengan a hong.

Saat perjalanan pulang kami singgah sebentar di kios makanan di pinggir jalan. Karena letak masjid berdekatan dengan sebuah alun-alun kecil, maka stand dan kios-kios jajanan dan makanan bertebaran di pinggir jalan. Alhamdulillah banyak di antara mereka yang memajang tulisan qing zhen (清真) yang itu artinya tempat tersebut menyediakan makanan halal. Kata qing zhen sendiri digunakan untuk menyebut Islam, walau ada juga yang menyebutnya dengan yi si lan (伊斯兰), juga berarti Islam. Kami berhenti di salah satu kios dan membeli semacam sate domba (羊串 yang chuan) untuk makan malam ditemani dengan roti bundar tipis. Kami pun juga sekalian membeli ikan bakar untuk menu sahur nantinya.

Saat sahur aku terbangun jam 3 pagi dan langsung membangunkan Kya dan Icha melalui sms. Kami pun kemudian makan sahur bersama, dengan menu ikan bakar yang kami beli tadi. Sungguh suasana sahur yang sunyi, sama sekali berbeda. Tanpa kehadiran keluarga, masakan ibu dan juga tanpa tayangan-tayangan saat sahur yang biasa kami saksikan di televisi. Walau begitu, kehadiran teman senasib seperjuangan cukuplah mengisi kerinduan akan rumah untuk saat ini. Semoga ibadah puasa kami selama bulan Ramadhan ini insyaaLlah berkah dan lancar tanpa kendala yang berarti. Amin.

Ramadhan Karim, Ramadhan Mubarak.
愿真主慈悯我们斋月愉快
(yuan Zhen Zhu ci min wo men zhai yue yu kuai)
Semoga Allah mengaruniai kita semua dengan Ramadhan yang penuh berkah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sukses ya zal dsana. .
ikutt seneng bacanyaa :D
wahh temenQ sdh ad yg d negri orang,hehe

Posting Komentar